Pemikiran ku saat ini, mengajak menyelami bayangan pikiran ku sendiri, tentang perjumpaannya dengan alam realitas. Di sela penyelaman, ia berujar, "aku dan realitas, selalu bersebrangan". Gumamku, ada dua sosok subjek yang saling bertemu, bercengkrama, dan mengenal. Dari pergumulan itu, satu sama lain saling mengharapkan, saling beradu eksistensi, saling menyalahkan, saling mengumbar perbedaan.
Aku memahami, itu adalah hukum alam, narasi absolut yang tidak seimbang harus dipertarungkan, diperhadapkan, divis a vis kan. realitas satu sisi, merupakan subjek komplek dengan struktur rumit berdimensi eksternal penuh dengan lengkungan warna bergradasi. Di sisi lain, pemikiran adalah subjek tunggal berstruktur sederhana, berdimensi internal, sewarna, menuju independensi idealismenya internalnya, pribadinya.
Paling tidak, bayanganku mulai berpendar, dari dugaanku hubungan pemikiran dengan realitas adalah positif-negatif menjadi netral. Semula prasangkaku "tesis lebih rendah dari antitesis" atau sebaliknya, menjadi semua sejajar, berpresisi sama, tidak dalam mekanisme hierarki vertikal struktural melainkan horisontal struktural.
Dari situ, pemikiranku pun berubah, belajar dari bayangannya sendiri, idealisme pribadinya tidaklah cukup menopang perjalanannya, tanpa menetralkan diktum tesis dan antitesis dirinya dan realitas agar lahir sintesis yang seimbang dan ideal, tak ada lagi klaim, semuanya menyatu dalam ruang idealisme yang dibangun bersama.